Apa yang pertama kali ada di
pikiranmu ketika mendengar kalimat, “All You Can Eat”?
Makanan?
Iyak, sama.
Saya kira juga novel ini inti
ceritanya adalah makanan, atau tentang sebuah restoran berkonsep All You Can
Eat, dimana setiap pengunjung bisa makan sepuas dan sebanyak yang dia mau,
hanya dengan sekali bayar.
Tapi ternyataaa.. enggak, loh,
sodara-sodara.
Oke, tokoh utama novel ini, si
ganteng Jandro, memang digambarkan jago memasak. Tapi intinya bukan disitu.
Bukan makanan.
Inti cerita novel ini adalah
(lagi-lagi) kisah cinta segitiga. Entah ini sudah novel ke berapa yang saya
baca, yang mengandung cerita cinta segitiga. Dan, hmm, boleh dibilang, kisah
cinta segitiga di novel ini nggak se-umum kisah cinta yang lainnya.
Apa yang bikin beda?
Yuk, deh, saya ceritain sedikit.
Tapi intinya aja, yah, karena kebetulan saya nya nggak seberapa excited sama
novel ini, hehe *objektif amat sih*.
Jadii, yang terlibat cinta
segitiga di novel ini adalah Sarah, Jandro, dan Nuna. Sweet banget ya
nama-namanya?
Sarah itu sahabatan banget sama
Anye, kakak perempuan satu-satunya si Jandro. Sementara Nuna adalah pacar
Jandro, dan mereka berdua udah lumayan lama menjalin hubungan. Sarah sendiri
juga sudah punya pacar pas di awal cerita.
Tapi, suatu hari, takdir
mempertemukan Sarah dan Jandro kembali. Mereka tidak sengaja ketemu di villa
keluarga Jandro di Bali. Waktu itu, Sarah baru saja putus dengan pacarnya, dan
Jandro juga sedang bermasalah dengan Nuna. Ceritanya, sih, sama-sama berniat
mau menenangkan diri. Semacam self-healing gitu, lah.
Etapii, malah saling ketemu.
Dan jeng jeng jeeng! Si Jandro
malah mengalami semacam CLBK sama si Sarah.
Jadi si Jandro sama si Sarah
pernah pacaran?
Enggak, sih. Tepatnya, si Jandro
pernah sukaaaa banget sama Sarah. Itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, ketika
Jandro masih SMP dan Sarah masih kuliah.
Whaaaat??
Hahaha, yes! Itu yang bikin saya
bilang kisah cinta segitiga ini nggak umum tadi.
Umur Jandro dan Sarah berbeda
saaangat jauh. Bayangin, si Jandro masih SMP, sementara Sarah sudah kuliah.
Hitung sendiri, deh, berapa jauh jarak umur mereka. Dan ini si cewek, loh, yang
lebih tua.
Nah, dari pertemuan itu, si
Jandro sadar bahwa perasaannya pada si Sarah masih ada dan masih sekuat dulu.
Dan Sarah, yang dulu menganggap Jandro hanya adik kecil Anye, sahabatnya,
sekarang justru mulai merasakan hal yang sama pada laki-laki itu.
Awalnya, Sarah berusaha menepis
perasaan itu. Dia sadar seberapa jauh umurnya dengan si Jandro, dan dia juga
tidak berani memikirkan apa kata orang-orang tentang hubungan beda umur mereka
nanti. Belum lagi tentang bagaimana reaksi Anye yang belum tahu tentang apa
yang terjadi di antara adik dan sahabatnya selama tinggal satu atap di Bali.
Tapi segala pesona dan kedewasaan
Jandro pada akhirnya tetap berhasil merebut perhatian Sarah. Dan ketika suatu
hari Nuna datang ke Bali untuk mencoba kembali pada Jandro, Sarah malah tidak
suka. Dia semacam nggak rela melihat Jandro memberikan perhatian pada si Nuna.
Kisah cinta Sarah-Jandro-Nuna
lumayan rumit, ya. Banyak banget prosesnya. Si Jandro, Sarah dan Nuna harus
beberapa kali mengalami patah hati di cerita ini. Sampe tuebel banget gitu
novelnya. Tapi tenang aja, gaya menulis Christian Simamora dalam novel ini
asik, kok. Nggak bikin capek bacanya. Cukup worth
it.
Oh iya, ada satu hal yang perlu
banget saya bilang, nih, dan ini penting menurut saya.
Novel ini bisa dikategorikan sebagai
novel dewasa, ya. Karena, hmmm, ada beberapa adegan dewasa di dalamnya. Jadiiii,
sebaiknya, jangan membaca novel ini kalau kamu masih dibawah umur dua puluh,
hehe *sok-kolot-amat-sih* *ketokkepalapakepanci*
Segitu aja, ya, review novel saya
kali ini.
Maapkeun kalau kurang lengkap
atau gimana. Tapi kalau penasaran, cuss berangkat ke toko buku, terus beli
novel ini. Atauu.. sini, deh, tanya sama saya secara offline, saya ceritain
panjang lebar nanti :D
Yuk, ah. Sekian ajah reviewnya. See you on the next post, mantemaaan!
:*
0 write your opinion here:
Post a Comment