Explore Surabaya : Museum Surabaya, Alternatif Baru Untuk Lebih Kenal Kota Surabaya

Museum Surabaya

Tahu, nggak? Surabaya punya museum baru loh. Museum Surabaya namanya. Letaknya di lantai I Gedung Siola. Yang arek Suroboyo pasti tau Gedung Siola itu dimana.

Museum ini baru diresmikan tanggal 3 Mei 2015 lalu. Masih baruuu banget. Jadi, ya, masih “sepi”. Isi museumnya belum banyak. Dan, honestly, tata letaknya juga masih kaku banget. Masih kurang eye catching, kurang atraktif

Apalagi di era dimana instagram lagi  eksis-eksisnya seperti sekarang ini. Desain interior cantik nan indah seperti menjadi syarat wajib sebuah tempat atau objek wisata, kalau ingin menarik banyak pengunjung, apalagi anak muda. You know what I mean, ya kan? Hehe. Untuk dijadiin objek foto, terus upload deh di ig. Biar eksis :D

Lanjut!



Waktu itu, aku dan satu temenku, Lucky, datang ke Museum Surabaya di hari Selasa. Mungkin karena kami datang pas weekdays, ya, makanya museumnya sepi. Nggak banyak pengunjung yang aku lihat hari itu. 

Dan mungkin karena masih baru juga, atau memang sudah sistemnya begitu, untuk masuk ke Museum Surabaya ini, kita hanya perlu menulis data diri saja di buku tamu (yang dijaga mas-mas satpol pp yang kece-kece), tanpa perlu membayar sepeserpun, alias GRATIS! With no terms and conditions needed. Asik, ya?

Ketika pertama masuk ke area museum ini, yang pertama kali menyita hampir seluruh perhatianku adalah sebuah dinding dimana dipasang foto orang-orang yang pernah menjabat sebagai Walikota Surabaya. Mulai dari Walikota pertama, Mr. A Meyroos (1916-1920) sampai Walikota kesayangan aku sekarang, Ibu Tri Rismaharini. 



Dan, sebagai generasi Instagram, sejak pertama kali melihat bagian ini, aku sudah menanamkan niat dalam hati untuk foto di depan dinding tersebut, sebagai bahan upload di instagram nantinya, hehe.

Kebanyakan benda yang dipamerkan di museum ini adalah benda-benda yang berhubungan dengan Surabaya tempo dulu. Ada buku arsip pembuatan akta kelahiran, arsip catatan pernikahan, dan beberapa arsip lain (nggak ngapalin, sist, sori, hehe). Ada benda-benda kuno juga yang dipakai pemerintah Surabaya jaman dulu. 



Ada juga uang-uang kuno yang dipajang di dalam etalase kaca. Dan ini uang kunonya bukan uang kuno jaman kita kecil dulu, loh. Masih agak jauuuh lagi, karena aku sama sekali nggak pernah lihat pecahan mata uang itu sebelumnya, bahkan di tempat orang jual uang kuno yang pernah aku datangi dulu. Yang unik, ternyata dulu ada pecahan uang kertas senilai 2,5 rupiah. Seharusnya aku fotoin sih, ya. Tapi enggak, karena aku udah heboh duluan sama benda sejarah yang lainnya.




Benda sejarah yang aku maksud adalah bajaj. Iya, bajaj. Kaget nggak ada bajaj di Museum Surabaya? Sama. Yang pertama kali terlintas di pikiranku waktu itu adalah, “bukannya bajaj itu adanya di Jakarta?” Entahlah. Berhubung waktu itu aku dan temenku datang kesana secara independen, nggak nyewa tour guide, jadi aku pendam sendiri pertanyaan itu, hihi.



Kendaraan yang dipajang di Museum Surabaya bukan hanya bajaj. Ada mobil pemadam kebakaran (yang ini dipajangnya di luar), yang katanya adalah mobil pemadam kebakaran yang dulu dipakai untuk memadamkan kebakaran di Gedung Siola itu sendiri. 

Selain itu, ada juga sepasang becak berwarna putih dan hitam. Waktu itu aku hanya mendekati becak yang berwarna hitam. Di bagian depan becak itu ada tulisan “Becak Siang”. Okeee, agak bingung maksudnya gimana.

Aku baru tau maksudnya ketika aku membaca sebuah artikel di salah satu portal berita online tentang kedua becak tersebut. Ternyata, jaman dulu, di Surabaya itu hanya ada dua jenis becak: becak hitam dan becak putih. Becak hitam beroperasi di siang hari, sementara untuk malam hari, becak-becak yang beroperasi adalah becak putih. Lucu juga.

Selain benda-benda bersejarah, ada juga patung-patung manekin yang dipajang di museum ini. Nggak banyak, sih, tapi lumayan buat nambah pengetahuan. Ada patung petugas pemadam kebakaran, lengkap dengan jenis-jenis topi yang berubah dari masa ke masa, yang dipajang di depan patung. Ada patung sepasang  Cak dan Ning Surabaya, dan manekin-manekin yang memakai seragam PNS. 

Sebenarnya, dengan area yang tidak terlalu luas, dan isi museum yang belum terlalu banyak, kita sama sekali nggak butuh waktu lama untuk berkeliling Museum Surabaya. Setengah jam saja mungkin cukup. Tapi, berhubung aku dan si Lucky agak banci kamera, jadilah kami menghabiskan waktu sekitar satu jam disana. Ya untuk foto-foto. 

Dan mungkin saking hebohnya, salah satu petugas satpol pp yang sedang berkeliling sampai menawarkan diri untuk memotretkan kami berdua. Aku  sama si Lucky, sih, langsung mengiyakan tanpa merasa sungkan. Perempuan mah gitu tabiatnya. Hahaha. Nih, sebagian foto fotonya..







Setelah dari Museum Surabaya, kami berdua bablas ke Tunjungan Plaza, yang letaknya cuma sekitar sepuluh menit dari situ. Niatnya? Cari makan, sekalian jalan-jalan.

Nah, ini mungkin bisa jadi masukan ya untuk yang mengelola museum. Alangkah baiknya kalau dibuatkan foodcourt di dalam gedung tersebut. Supaya setema dengan museumnya, makanan yang dijual juga yang khas Surabaya, seperti rujak cingur, lontong balap, dll. 

Selain itu, bisa juga dibuatkan toko-toko yang menjual merchandise yang berhubungan dengan kota Surabaya, atau stan-stan untuk ukm-ukm yang ada di Surabaya seperti batik mangrove, sirup mangrove, dan lain-lain. Jadi, orang-orang yang mengunjungi museum, bisa sekalian berwisata kuliner, dan membeli souvenir serta produk-produk khas Surabaya. Sambil menyelam minum air, gitulah, hehe.

Kalau itu sudah terwujud, dan isi museum sudah semakin banyak, aku pasti balik lagi kesana, dan update postingan ini, hihihi.


Kamu, yang ngaku arek Suroboyo, mampir lah ke museum ini kapan-kapan. Meskipun nggak seindah Museum Angkot di kota tetangga, tapi tetep ada manfaatnya kok. Nambah pengetahuan nggak pernah merugikan, toh? *tsaaaah*

0 write your opinion here:

Post a Comment

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!