Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 (Pidi Baiq)

Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Pertama kali tahu novel ini dari Kakakku, yang seorang pegawai kantoran berumur awal tiga puluhan (semoga dia nggak baca postingan ini ya, hehe). Katanya waktu itu, ceritanya bagus banget. Jadi, deh, akunya penasaran. Apa bagusnya novel itu sampe bikin Kakakku -yang notabene sudah nggak cocok lagi disebut anak muda- tergila-gila segitunya?

Maka, suatu hari, pas aku lagi di toko buku, sengaja, deh, aku nyari novel ini. Nggak susah nyarinya, langsung ketemu karena memang sebelumnya sudah sempat nyari tahu bentuk covernya di gugel. Warna covernya biru muda (which is my favorite colour), cantik banget. 

Dari gambar covernya, aku langsung bisa nebak kalau isi ceritanya pasti tentang anak SMA. Teenlit tentang percintaan anak-anak abege. Gara-gara pikiran itu, jadi agak ragu, soalnya aku yang juga sudah nggak cocok disebut remaja ini memang sudah nggak seberapa tertarik baca-baca teenlit.

Tapi, rasa penasaranku masih belum hilang gitu aja. Aku coba baca sinopsis di bagian belakang bukunya. 

back cover
Seperti yang kalian lihat (kebaca, nggak, tulisannya?), disana ada beberapa dialog yang bikin aku langsung jatuh cinta. Dibawahnya, ada beberapa komentar dari pembaca, yang semuanya bikin rasa penasaranku semakin menggila, lalu dibawah sendiri ada deskripsi si penulis yang ditulis dengan gaya yang lucu banget, beda dari novel-novel lain. Jauh dari kata serius. 

Gara-gara ketiga hal tersebut, makin mantaplah aku memboyong novel ini ke meja kasir, biar bisa dibaca di rumah.

Sampai dirumah, novel ini nggak langsung aku baca. Yang pertama aku baca justru novel lain yang aku beli bareng novel ini, judulnya Koma karya Rachmania Arunita (review buku ini menyusul ya).

Novel Dilan ini malah aku baca dua hari kemudian, itupun tujuan awalnya adalah sebagai pengantar tidur. Tau, kan, baca buku sambil rebahan di kasur itu bisa mengundang kantuk? 

Jam sebelas malam, aku mulai baca novel ini, tanpa harapan apapun mengingat sebelumnya aku sudah under estimate duluan dengan pikiran bahwa novel ini adalah teenlit. 

Di halaman-halaman awal, aku membatin, "Tuh, kan, bener. Ceritanya soal anak SMA."

ilustrasi
Di halaman-halaman selanjutnya, aku sudah mulai terpikat dengan jalan cerita, tokoh-tokoh, maupun gaya penulisan ayah Pidi Baiq. Novel ini jadi tambah menarik karena di beberapa bagian disertakan juga ilustrasinya, jadi aku lebih gampang membayangkan situasinya.

Novel ini ber-setting di Bandung tahun 1990, dan ayah Pidi berhasil menghidupkan nuansa tahun tersebut lewat gaya tulisannya yang jujur, apa adanya.

Milea




Ide ceritanya, sih, sederhana. Tentang seorang gadis bernama Milea yang baru dua minggu pindah ke Bandung dan sekolah di salah satu SMA negeri disana. Katanya, itu adalah sekolah paling romantis karena bangunannya tua tapi masih terurus, juga karena disanalah dia ketemu cowok antik bernama Dilan.

Dilan sendiri adalah anak geng motor, tapi baik. Dia nggak seperti temen geng motornya yang lain, yang suka malak dan nyerang orang seenaknya, yang suka pamer kekuatan dan kekuasaan. Dilan jauh lebih bijaksana. Dia hanya akan melawan kalau harga dirinya, atau orang-orang dekatnya diganggu.

Dilan
Cara bicara Dilan sangat unik, menghibur banget, bikin senyum-senyum sendiri. Suka banget becanda dengan caranya yang antik. Nggak suka gombal yang nggak perlu. Caranya menarik perhatian Milea juga jauh berbeda dengan cowok-cowok pada umumnya. Limited edition, lah, cowok kayak dia mah!

Satu yang paling romantis dan bikin iri adalah cara Dilan memberikan kado ulang tahun untuk Milea. Kalau Beni (pacar Milea) memberi kejutan dengan datang jauh-jauh dari Jakarta ke Bandung pas jam dua belas malam, dan Nandan (teman sekelas) memberi kado boneka panda besar pas jam istirahat, Dilan benar-benar beda.



Dia masuk ke kelas Milea ketika sedang berlangsung pelajaran Biologi!

Setelah minta izin ke guru yang sedang bertugas dengan alasan bahwa dia membawa titipan penting untuk Milea, Dilan mendatangi bangku Milea, dan dengan sikap tenang seperti biasa dia mengucapkan, "Selamat ulang tahun, Milea." dan memberinya sebuah kado.

Dan bisa kalian tebak apa isi kado dari si Dilan? TTS!

Iya, buku teka-teki silang! Di covernya si Dilan nempelin kertas yang bertuliskan, "Milea, ada titipan ucapan ulang tahun, nih, dari Dilan. Panjang umur katanya, dia sayang."

Lalu di tengah-tengahnya ada lagi selembar kertas yang tulisannya begini, "Selamat ulang tahun, Milea. Ini hadiah untukmu, cuma TTS. Tapi sudah kuisi semua. Aku sayang kamu. Aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya. Dilan."

Aaaah! Aku sampe nahan-nahan teriak pas baca bagian ini. Beneran antik si Dilan itu. Mau banget dapet, deh, aku dapet yang kayak dia *banyak banyak doa dulu sanah*.

Oh ya, menurut tebakan aku, cerita dari novel ini adalah based on true story. Jadi tahun 1990an di Bandung beneran ada kisah si Dilan dan Milea ini. Aku nebak begini karena di beberapa bab ada bagian yang isinya menjelaskan beberapa hal penting seperti tokoh ini meninggal tahun segini, atau tempat ini dulunya begini sekarang begitu...

salah satu contohnya nih
Ending novel ini bikin aku sedikit kesal. Kenapa? Soalnya kayak masih gantung kisah cintanya si Milea dan Dilan. Feeling aku (lebih kayak harapan aku, sih, hehe), novel ini bakal ada sekuelnya. Bakal ada lanjutannya. Dan aku bertekad bulat-bulat, kalau novel lanjutannya keluar aku bakal jadi pembaca pertamanya! Hehe.

Novel ini langsung jadi salah satu novel favorit aku. Dan aku mencatat dalam hati untuk membaca karya-karya Pidi Baiq yang lain nanti. Amiin (semoga nemu, ya).

Dan kalian... harus banget kudu dan wajib baca novel ini juga! Dijamin sejuta persen nggak akan nyesel!

Data lengkap novel ini :
Judul       : Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis    : Pidi Baiq
Penerbit  : Pastel Books (Mizan)
Hlm       : 330 (tebel, sih, tapi pasti sedih kalau udah sampai di halaman terakhir. Maunya ada lagi dan lagi, hehe)

0 write your opinion here:

Post a Comment

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!