The First Fairy Tales I Made


Beberapa semester lalu, ada salah satu mata kuliah yang mengharuskan kami, para mahasiswanya, untuk membuat dan menjalankan sebuah bisnis secara real. Jadi kami dibagi menjadi beberapa kelompok (berisi lima orang), terus per kelompok disuruh membuat bisnis sendiri. Terserah dalam bidang apa, pokoknya harus ada hubungannya dengan bahasa Inggris (biar nyambung sama jurusannya). Kalau bisa innovatif, lebih bagus. 

kelompok kami

Kelompokku memutuskan untuk menjual buku dongeng yang dilengkapi dengan boneka jari. Ide awalnya,  kami berniat mencari dongeng-dongengnya di Google saja. Mencari di blog-blog orang, tapi tetap akan kami cantumkan sumber dan penulis aslinya. Biar cepet gitu maksudnya. 

Eh tapi ketika kami menyerahkan proposal ke dosen kami, Mam Ika (biasa dipanggilnya begitu), tidak setuju. Katanya, ini berkaitan dengan hak cipta / copyright. Nggak etis kalau kami mengambil karya orang lain untuk keuntungan pribadi, meskipun sudah disertakan pencipta aslinya. Katanya lagi, jauh lebih baik kami membuat dongengnya sendiri. Karya sendiri. Asli sli sli. 

Oke. Sampai disini kami bingung. Tidak ada satupun diantara kami berlima yang pernah membuat cerita anak-anak. Aku sendiri juga belum pernah. Selama ini yang aku tulis dan juga aku baca adalah cerita yang target pembacanya adalah remaja sampai orang dewasa. Belum pernah menulis dongeng, apalagi ini harus dibuat dalam bahasa inggris yang baik dan benar. Buset. Tambah pusinglah aku.

Tapi, kemudian, setelah konsultasi lagi, kami mendapat sedikit pencerahan.

Mam Ika berkata bahwa beliau bersedia untuk jadi proofreader kami. Sip! 

Maka dengan motivasi dari teman-teman sekelompok, dan memeras otak untuk mencari ide cerita yang mengandung pesan moral yang baik, aku pun mulai menulis dongeng pertamaku. Dalam bahasa inggris? Yes, for sure.

ini penampakan bukunya
Dan alhamdulillah, dongeng itu selesai hanya dalam waktu beberapa hari. Kami langsung memberikannya ke Mam Ika untuk kemudian di proofread. Proses revisi cerita ini berlangsung selama beberapa hari, entah berapa tepatnya, aku lupa, hehe. Oh ya, judul dongengnya Zalaluna Kingdom : Princess Mila and The Doctor. Naskah lengkapnya bisa dibaca di post selanjutnya, ya.

Nah karena ini adalah buku dongeng, yang target pembacanya adalah anak-anak, kami jelas tidak bisa mencetaknya begitu saja. Tulisan begitu saja. Mam Ika bilang, harus ada ilustrasi yang menarik, supaya anak-anak nggak langsung ketiduran pas baca buku kami. And thanks God, kami memiliki dosen yang super banget. Ya baik, ya multi-talented juga. 

Singkatnya, Mam Ika juga bersedia membuatkan ilustrasi-ilustrasi untuk buku dongeng kami itu. Leganya luar biasaa, deh. 

Salah satu boneka jari : Princess Mila
Oh ya, soal boneka jarinya. Boneka jarinya kami juga membuatnya sendiri, dari bahan flanel dan dikombinasikan dengan bahan-bahan pelengkap lainnya untuk memperindah boneka. 

Proses pembuatan boneka dan mencetak buku dongeng juga nggak kalah bikin heboh. Bikin kami saling menyalahkan karena saling menganggap masing-masing nggak kerja secara maksimal. Maklum, sih, ya, mengingat sudah mepet banget dengan deadline pengumpulan.

Tapi, lagi-lagi alhamdulillah, semua bisa juga diatasi dengan baik. Mepet-mepet asal kelakon, deh.

Daaaan... Tiba juga saat yang ditunggu-tunggu, yaitu hari dimana semua kelompok harus men-display bisnis mereka di bazar yang diadakan kampus untuk memperingati English Department 25th Anniversary. 

Setiap anggota kelompok kami, pun, langsung beraksi hari itu. Mendatangi ibu-ibu yang membawa anak-anak mereka dan mencoba "meracuni" si adek adek lucu itu untuk meminta orang tua mereka membeli produk kami, hehe. 

Hari itu kami pulang dengan hati lega. Tugas kami selama berminggu-minggu selesai juga akhirnya. Buku dongeng kami yang kami jual sepaket dengan boneka jari, juga alhamdulillah banyak yang suka. Sekarang, waktunya balik kerumah masing-masing dan menjalani hidup yang kembali normal, hehe.

persiapan sebelum bazar
ini juga persiapan sebelum bazar

kesibukan ketika bazar
mereka sudah mengadopsi Berry Doll kami :)

Adik cantik ini juga sudah beli buku kami :)

tambahan lagi, hehe
berfoto bersama dosen-dosen cantik. Mam Ika yang ada ditengah (tidak berjilbab)

muka-muka capek plus legaa

nb: dosen kami sempat memberi saran untuk melanjutkan bisnis itu. Cukup bagus katanya. Aku sendiri juga mau banget. Tapi berhubung teman-teman yang lain benar-benar sudah give up dan nggak mau berurusan lagi dengan segala keribetan yang mungkin terjadi, semangatku jadi ikut-ikutan kendur, hehe. Sekarang, aku tetap membuat boneka jari itu kalau ada yang pesan saja. Mau pesan juga? :)

0 write your opinion here:

Post a Comment

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!