(SHORT STORY) The Clumsy Love Story - 1

Untuk yang keseratus dua puluh tujuh kali, perempuan itu melirik keluar jendela. Sama saja. Langit masih gelap, dan hujan masih belum juga berhenti. Dia mengangkat jam tangannya. Sedetik kemudian, dia menghembuskan nafas berat. Seharusnya dia sudah harus pulang sejak setengah jam yang lalu. Ada janji penting yang tidak ingin dilewatkannya malam ini. Tapi hujan deras ini dengan lancangnya menahan perempuan itu tetap berada di kampus, duduk gelisah di mejanya yang berada di salah satu pojokan ruang dosen yang mulai sepi.

           “Belum pulang, Ke?” Seorang laki-laki berumur akhir dua puluhan tiba-tiba duduk di depan mejanya, setelah sebelumnya menyeret kursi dari meja dosen sebelah.

           “Hujannya masih nggak mau ngalah, tuh, Pak.” jawab Inneke, nama perempuan itu

       “Sekali lagi kamu panggil saya, Pak,” Laki-laki itu membuat gelagat sok mengancam dengan mengangkat sebelah alisnya dan melingkis lengan bajunya. Inneke tertawa kecil.

            “Kamu curang, Re. Mahasiswa yang lain boleh panggil kamu, Pak. Aku malah dimarahin.”

            “Aduh, please. Kamu, kan, bukan muridku, Ke. Just call me Reza, okay?”

Lagi, Inneke tertawa. Sebagai dosen baru di fakultas ini, rasanya masih belum nyaman memanggil dosen-dosen senior disana tanpa embel-embel Pak atau Bu, bahkan dengan dosen-dosen muda seperti Reza yang umurnya belum menembus angka tiga puluh. Perasaan sebagai “anak baru” yang masih harus beradaptasi membuatnya sungkan.

            “Oke, oke. I’ll try.” ucap Inneke. “By the way, ini hujannya kapan berhenti, ya?” lanjutnya.

            “Kenapa memang?” tanya Reza.

“Ada janji, sih, Re. Takut telat.” jawab Inneke.

            “Mau bareng? Kebetulan hari ini aku bawa mobil. Jadi nggak perlu takut kehujanan. Gratis, kok. No fee.” Reza menawarkan diri. Inneke tersenyum.

            “Kecuali motorku boleh nebeng mobil kamu juga, ayo deh.”

            “Udah, motormu ditinggal aja disini. Besok ke kampusnya nebeng Reza lagi juga nggak apa-apa, kan?” Tiba-tiba Pak Adi, dosen paling senior di fakultas ini, ikut nimbrung di meja Inneke. Mejanya yang berada tidak jauh dari meja Inneke, membuatnya mendengar perbincangan singkat diantara dosen-dosen muda itu.

            “Kasihan motor saya, Pak. Nanti ngambek kalo ditinggal-tinggal.” gurau Inneke.

            “Lebih kasihan Reza loh, Ke, kalau usahanya nggak diterima. Kemajuan nih, mulai ada keinginan cari pasangan.” Pak Adi melirik kearah Reza yang langsung bangkit dari kursinya. Kening Inneke mengerut. Reza mengibaskan tangannya sambil berkata, “Halah, mulai nih Pak Adi.” Pak Adi terkekeh.

            “Aku balik sekarang deh, sebelum Pak Adi ngerjain aku lebih parah. Kebetulan mau jemput temen di airport.” lanjut Reza. Dia meninju lengan Pak Adi sebelum kemudian berjalan kearah pintu. Inneke memandanginya, sampai laki-laki itu menghilang dibalik pintu. Pak Adi membuyarkan konsentrasinya.


            “Reza ganteng loh, Ke. Mapan. Baik. Banyak yang ngejar dia.” Lagi, Pak Adi menggoda Inneke.

Tapi kali ini, tatapan matanya sedikit serius. Seperti seorang ayah yang sedang mempromosikan putranya. Inneke tidak tahu harus merespon apa, jadi dia hanya mengangguk sambil tersenyum, sebelum kemudian melirik kearah ponselnya, dimana terpampang foto seorang laki-laki tampan yang sedang memainkan gitar. Laki-laki paling istimewa dalam hidupnya...

                                                                                     ***

Indra buru-buru mematikan puntung rokoknya ketika perempuan berambut panjang itu datang. Dia tidak mau mendengar ceramah tentang betapa bahayanya merokok malam ini. Paling tidak, tidak di jam-jam pertamanya menginjak kota ini.

            “Hai, Ke. Akhirnya kamu datang juga.” sapanya ketika perempuan itu menyeret kursi di sebelahnya. Inneke membalas dengan senyuman terbaik yang dimilikinya.

            “Sorry, Ndra. Nungguin hujan berhenti. Ini aja aku langsung dari kampus. Nggak pake pulang dulu.” kata Inneke polos. Indra tertawa. Tangannya dikibas-kibaskan ke atas.

            “Hahaha, pantes. Kamu datang, langsung ada bau-bau nggak enak gimana gitu.”

            Inneke meninju lengan Indra, “Sialan!”

Inneke memandangi laki-laki itu. Selalu ada rasa senang tersendiri ketika melihat tawa renyahnya lagi. Indra bukan orang yang gampang ditemui. Hobinya travelling membuatnya sering menghilang dari peredaran. Dua bulan pergi, seminggu muncul, kemudian menghilang lagi. Dia seperti hidup di dunianya sendiri. Tidak terikat pada apapun. Ingin sekali Inneke membuat Indra merasa terikat dengan dirinya, sehingga dia tidak perlu menunggu saat-saat seperti sekarang. Seandainya bisa…

            “How’s your day, Bu dosen?” tanya Indra, setelah tawanya reda. Inneke menyeruput kopi yang ada diatas meja. “Hey, that’s mine!” seru Indra. Inneke terkekeh.

            “So far so good.” ucap Inneke kemudian. “Kamu? How’s your last trip? Tumben baliknya cepet. Destinasinya mengecewakan, ya?” Indra menggeleng cepat.

            “Mau ngerayain first anniversary sama si doski.”

Inneke tertegun mendengarnya. Jujur, dia tidak pernah suka mendengar sahabatnya itu membicarakan tentang pasangannya. Ada rasa sakit yang susah dijelaskan di dalam hatinya, ketika menyadari Indra tidak pernah memiliki rasa yang sama kepadanya. Tidak akan pernah.

            “Sudah setahun, ya?” ucap Inneke lirih. Indra mengangguk sambil menyeruput kopinya. “Aku bahkan belum tahu siapa dia,” lanjut Inneke, membuat Indra terhenyak. 

Untuk beberapa menit, suasana diantara mereka tiba-tiba berubah kaku. Mereka saling diam sampai tiba-tiba, seseorang menghampiri meja mereka. Inneke menoleh.

            “Reza? Hai! Lagi nongkrong juga, Pak?” Inneke merasa terselamatkan. Dia berusaha mencairkan suasana. “Gabung sini, yuk!” lanjutnya. Reza tidak menjawab. 

Dia hanya memandang tajam kearah Indra. Tidak lama kemudian dia berkata, “No, thank’s. Aku buru-buru.” Dan segera pergi keluar cafĂ©. Indra memandang laki-laki itu khawatir. Inneke juga melakukan hal yang sama. Dia mendadak teringat ucapan Pak Adi tadi sore.

                                                                     --will be continued--

0 write your opinion here:

Post a Comment

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!