(SHORT STORY) The Clumsy Love Story - 2 end

Sejak kejadian malam itu, sikap Reza pada Inneke berubah total. Reza tidak pernah lagi menyapa Inneke. Bahkan ketika ada sesuatu yang mengharuskannya berhubungan dengan perempuan itu, Reza lebih memilih menyuruh orang lain yang menyampaikan. Keadaan ini dirasakan hampir seluruh isi ruang dosen. Pak Adi, yang beberapa waktu belakangan sangat getol menjodohkan mereka, terlihat sangat khawatir.

“Kalian ada apa, sih? Kok jadi begini hubungannya?” tanya Pak Adi siang itu. Inneke tidak bisa menjawab. 

Dia hanya menggeleng, berharap Pak Adi tidak meneruskan pertanyaannya. Inneke tidak tahu bagaimana harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi, tanpa membuatnya terlihat sok benar atau malah sok cantik. Dia memilih untuk diam saja.
                                                                              
                                                                           ---

Inneke berdiri mematung di depan pintu. Dia ragu untuk masuk. Tidak terlalu siap dengan apa yang akan dihadapinya didalam. Tapi dia harus masuk. Inneke tidak ingin mengecewakan Indra, yang ingin mengenalkan pasangannya pada Inneke, tepat di hari first anniversary mereka. Inneke harus bisa. Cinta tidak harus saling memiliki.

Knop pintu itu akhirnya berputar. Suara decit pintu terdengar, sebelum kemudian sosok tampan laki-laki itu muncul diambang pintu. Inneke berusaha tersenyum senormal mungkin.

“Seneng kamu mau datang, Ke. Masuk yuk, dia sudah nunggu di meja makan.” kata Indra sambil menarik Inneke masuk ke ruang makan.

Disana, seseorang sedang duduk membelakangi pintu, memainkan sendok. Menunjukkan kegugupannya. Indra berjalan menghampirinya, kemudian membelai rambut cepaknya yang hitam berkilau. “Sayang, dia sudah datang.” bisiknya. Orang itu berdiri dari kursinya, lalu pelan-pelan membalikkan badan. Inneke menahan nafas, bersiap-siap.

“Hai, Ke.” ucap orang itu tepat setelah menghadap Inneke sepenuhnya.

Inneke tidak bisa mempercayai penglihatannya. Badannya mendadak lemas melihat siapa yang sedang dirangkul Indra. Ingin sekali untuk tidak langsung membuat dugaan, tapi Inneke benar-benar yakin, memang itulah kenyataannya. Maka, dengan bibir bergetar, Inneke memberanikan diri memastikan, “Jadi… Pasangan kamu itu R-reza, Ndra?”

                                                                              ----


Everything is clear now. Tentang siapa yang dicintai Indra. Tentang kemarahan Reza yang begitu besar. Semua mengarah pada satu jawaban, mereka saling mencintai. Inneke tidak tahu lagi hatinya berbentuk apa sekarang. Hancur, pasti.

Sebenarnya, sudah lama Inneke tahu bahwa Indra seorang gay. Dia sadar betul resiko mencintai seorang homo. Tapi dia baru tahu, kalau rasanya akan sesakit ini ketika tahu bahwa pasangan sahabatnya itu adalah rekan kerjanya sendiri.


Inneke mengangkat kepalanya, memandang kedua laki-laki yang sedang bergandengan itu. Terlihat aneh, tapi mereka tampak bahagia. Inneke sadar, ini saatnya mengikhlaskan. Cinta tidak harus memiliki. Inneke berusaha tersenyum demi mengucapkan, “Selamat, ya. Semoga kalian bahagia.” 

                                                                     --End--

0 write your opinion here:

Post a Comment

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!