part 30


7 Januari…
            Morgan tiba-tiba udah ada di depan teras kostku waktu aku pulang kuliah jam lima sore hari ini. Sumpah deh ya, aku kaget banget. Secara udah tiga hari ini aku nggak ketemu dia. Nggak tahu deh kemana tuh anak. Tapi secara misterius sekarang dia muncul aja gitu di kostku. Ngagetin banget nggak sih?
            "Akhirnya lo dateng juga. Kirain udah pindah kost." ucapnya santai waktu melihatku.
            "Akhirnya lo muncul juga. Kirain udah mati." balasku. Morgan tersenyum.
            "Boleh nggak kita ngobrol di dalam aja?" katanya kemudian.
            "Setuju."
            "Biar gue bukain."
            Aku mengubek-ubek tas untuk mencari kunci kostku. Tapi pas kuncinya ketemu dan mau aku kasih ke Morgan, pintu kostku udah kebuka. Aku melongo. Heran. Morgan menepuk saku kemejanya. Terdengar suara "Krincing, krincing" dan aku langsung paham kenapa pintu kostku secara misterius bisa terbuka bahkan sebelum aku nemu kunciku sendiri. Mama ternyata bener-bener mempercayakan kunci duplikat itu pada Morgan. Ya Tuhan… Nggak khawatir apa ya? Morgan kan cowok?? Hhh, Mama…
            "Jadi, bencana apa yang bikin lo secara ajaib muncul di depan kost gue sore ini?" tanyaku to the point.
            "Bukannya udah sering?" ucapnya santai.
            "Nggak dalam beberapa hari ini."
            Morgan tersenyum (lagi dan lagi). Aku memandangnya heran. Bisa gitu ya dia sesantai itu, senyam-senyum serasa nggak punya salah. Oh! Apa jangan-jangan dia emang nggak tahu kalo ngilang tanpa jejak selama tiga hari kemaren tuh sebuah kesalahan??
            "Jadi, apa mau lo?" tanyaku lagi. Kali ini nada suaraku terdengar sedikit judes. Alamiah sih ya.
            "Gue di Jakarta tiga hari kemaren. Ngurusin kuliah gue. Bla… bla… bla… bla…" Morgan akhirnya menceritakan apa yang dilakukannya selama tiga hari di Jakarta. Intinya sih dia tuh mau ngelanjutin kuliahnya di Indonesia, di Jakarta sono. Dia kesana buat ngurusin segala tetek bengek yang berhubungan dengan kuliahnya nanti. Gitu. Ooooh…
            "Sebenernya masih ada beberapa hal yang belum beres. Tapi gue minta Pakde gue aja yang urus. Gue harus cepet-cepet balik kesini." katanya mengakhiri cerita.
               "Why?" tanyaku.
            "Elo." ucapnya. Aku mengernyit, pura-pura nggak ngerti. Padahal sih, aku udah bisa menangkap arah pembicaraan ini. Pasti yang itu. Pasti deh.
"lo pernah pacaran sama gay??" 
            "Gue nungguin jawaban lo, Ali." lanjutnya. Tuh kan.
            "Oh-eh, mmm, yah…" ucapku nggak jelas. Grogiiiii!!
            "Apa sih nih? Kaset rusak?" canda Morgan. Aku tersenyum lemah mendengarnya.
            "Al, gue harap lo udah bisa ngasih jawaban sekarang. Waktu gue dia Surabaya nggak banyak lagi, Al. Tiga bulan lagi gue udah harus stay di Jakarta. Gue pengen ngabisin waktu tiga bulan ini sama lo. Entah itu sebagai teman, atau bisa lebih. Semua tergantung jawaban lo." katanya.
Aku diam. I'm searching for the word inside my head. Morgan juga diam. Dia jadi terlihat seperti terdakwa yang nunggu vonis. Hihihi. Suasana jadi hening. Yang terdengar cuma suara hujan diluar yang lumayan deras. Langit juga udah lumayan gelap, jadi aku menyalakan lampu yang kayaknya emang udah minta diganti, cahayanya  jadi agak remang-remang gitu. Aku memandang sekeliling, maksudnya sih pengen ngehindarin tatapan mata si Morgan, eh aku malah menyadari sesuatu. Ini suasananya kok jadi menuju romantis gini yaaa???
"Kalo lo emang belum siap, nggak apa-apa kok, Al." kata Morgan. Aku memandangnya sejenak lalu akhirnya berkata,
"Lo lagi jadiin gue bahan taruhan?"
"Hah? Kenapa lo - "
"Udah deh, Mo. Jawab aja."
            "Enggak lah, Al."
            "Fine. Satu lagi…"
            "Oke, what else?"
          "Lo-bukan-gay, kan??" Morgan bener-bener terkejut mendengar pertanyaan ini, seolah ini pertanyaan paling konyol yang pernah didengernya.
            "Lo gila apa, Al?? Emang tampang gue kayak gay???"
          "Sebenernya sih cowok-cowok gay secara fisik emang kayak lo gini sih, Mo. Tapi gue tahu nggak semuanya sih…"
           "Dan gue salah satunya. Yang bukan gay!" nada suara Morgan terdengar tersinggung banget. Aku jadi nggak enak hati. Tapi apa salahnya ngecek, kan?
          "Iya, Mo. Sorry… Gue cuma nggak mau ngalamin kesalahan yang sama aja." kataku. Melihat Morgan yang sekarang seperti mau tanya, "Lo pernah pacaran sama gay?" aku langsung cepat-cepat menambahkan,
              "Ntar gue cerita deh."

2 write your opinion here:

 

FOLLOW ME ON TWITTER TOO!

BE FRIENDS ON FACEBOOK!